Subscribe

Jumat, Oktober 24, 2008

Tayangan AIDS bikin heboh


Baru baru ini, paguyuban aids ina di hebohkan dengan pemberitaan kasus aids di media televisi swasta. Tayangan berita 23/10 jam 18.30 tersebut menayangkan berita tentang penderita aids yang ditelantarkan oleh pihak rumah sakit Adam Malik Medan. Dengan jelas pembawa berita menyebutkan nama lengkap pasien tersebut dan menanyangkan gambarnya tanpa di kaburkan. Reporter menggambarkan latar belakang dengan gamblang, bahwa pasien tersebut adalah berasal dari keluarga miskin yang mempunyai keterbatasan dalam hal pembiayaan. Akan tetapi pihak rumah sakit mengatakan bahwa proses pemulangan pasien sudah sesuai dengan prosedur. Di ceritakan bahwa warga setempat menjadi saksi saat pasien tersebut diturunkan dari mobil ambulance RS.Adam Malik dan dibiarkan tergeletak di atas trotoar yang kemudian ditinggalkan. Warga yang melihat, menggotong pasien tersebut ke puskesmas yang kebetulan dekat dengan lokasi kejadian.
Gegernya paguyuban millis ini :
Media melakukan pemberitaan dengan menampilkan wajah penderita aids dan dengan jelas menyebutkan nama pasien ( tidak disamarkan/inisial ) dan hal tersebut melanggar asas konfidensial dan HAM.
Pihak rumah sakit telah melakukan dosa besar atas terlantarnya warga Negara yang mempunyai hak hidup untuk sehat. Dan oknum rumah sakit adalah orang yang dikutuk karena kekejiannya.
KPA ( komisi penanggulangan AIDS ) Medan, sebagai Institusi yang mengkoordinir seluruh kegiatan penanggulangan Aids harusnya melakukan sesuatu atas respon keadaan tersebut.



Berikut kutipan dari anggota millis aids-ina :

Belum kelar persoalan Krisi ARV
kini dikejutkan lagi perlakukan tidak manusiawi
oknum pegawai RSUP Adam Malik Medan
yang menelantarkan pasienya yang diketahui pasitif HIV
ditinggalkan di rumah warga( berita Seputar Indonesia edisi 24/10/08)

Persoalan seperti ini tidak bisa dibiarkan
kita warga Peduli HIV dan AIDS sangat mengutuk keras
tindakan biadab tersebut yang sangat melanggar HAM
karena itu Menteri Kesehatan dan DPR harus turun tangan
agar perlakuan tidak manusiawi tidak terulang lagi
di rumah sakit yang dibangun dan dibiayai dengan uang Rakyat
Ingat RS tanpa uang rakyat tidak akan bisa operasional

dan ucapan terimakasih dan salut
buat ketua komisi D DPRD Medan yang sangat peduli masalah ini
semoga pejabat lain melek mata melek hati
salam juang msugi
Mohammad Isnadi

Kami di ujung timur indonesia mendengar dan mengetahui berita Orang terinfeksi diturunkan paksa oleh petugas RS Adam Malik Medan melalui Berita Siang di Metro TV dan RCTI langsung berinsiatif mengkontak beberapa konselor di Medan maupun Medan Plus untuk mengetahui kejelasaannya karena KPA Kabupaten Merauke mau mengambil sikap tentang masalah ini.
Namun semalam saya mendapat konfirmasi langsung dari Koordinator Konselor VCT RS Adam Malik Medan bahwa Pasien tersebut bukan seorang yang terinfeksi HIV, tapi persoalannya ini masalah kemanusiaan bukan karena dia ODHA saja.
Sefnat Danial

yah...memang miris, tapi itulah yang memang terjadi....
Tapi seharusnya teman-teman liat berita Metro Hari Ini di METRO TV tgl 23 Oktober 2008 jam 18.30, disana (tampaknya) masih belum ada konfirmasi tentang keadaan medis sebenarnya dari si pasien yang ditelantarkan tersebut. Dengan sangat jelas pembaca berita mengatakan bahwa pasien tersebut adalah suspect HIV-AIDS dengan menyebutkan nama jelas si pasien dan gambar close up dari orang tersebut. (...yang kalau menurut keterangan rekan-rekan dari Medan Plus bukanlah seorang pengidap HIV-AIDS)
Sepertinya hal ini perlu menjadi pelajaran banyak pihak. pihak RS sebagai penyedia layanan, rekan-rekan kelompok dukungan sebagai fungsi kontrol dalam setiap hal yang berhubungan dengan HIV-AIDS didaerah, serta pihak pers yang seharusnya mendahulukan fakta dibanding sensasi.Mungkin disatu sisi pihak pers mengankat hal ini agar menjadi perhatian dari pihak-pihak terkait, tetapi tampaknya masih banyak hal yang perlu diketahui oleh rekan-rekan pers tentang pemberitaan seputar HIV-AIDS.
Bayangkan jika seseorang tersebut memang tidak terbukti sebagai seorang HIV+, beban mental yang akan dihadapi olehnya serta keluarganya tentu akan sangat besar karena jelas pemberitaan tersebut (mungkin) hanya sebatas membahas 'Penelantaran pasien HIV-AIDS di Medan', sementara tindak lanjut apa yang akan dilakukan juga masih belum pasti, sementara pemberitaannya telah secara nasional.
Hal tersebut seharusnya tidak perlu terjadi, tidak dengan orang dengan HIV+ maupun penderita penyakit lain jika pemerintah benar-benar memperhatikan kualitas pelayanan kesehatan di masyarakat bagi masyarakat kurang mampu (yang katanya) telah menjadi 'prioritas' dan selalu menjadi bahan orasi andalan bagi para calon Kepala daerah dalam kampanye mereka. Dari situ pula kita dapat melihat sebuah potret kebobrokan dari sebuah institusi yang seharusnya menjadi harapan terakhir masyarakat bagi kesehatan mereka.
Dan (mungkin) memang masih banyak yang harus kita benahi...
Semoga apa yang terjadi di medan menjadi berita terakhir dari kisah tragis yang mungkin dialami oleh para pengguna jasa layanan kesehatan... .
Sad Angel

stop epidemi merupakan tanggung jawab kita semua, termasuk teman teman media. bagaimana maksud baik, juga meninggalkan dampak yang baik pula.

Tidak ada komentar: