Subscribe

Rabu, Desember 31, 2008

Senyuman yang tercabik

Beberapa jam sebelum pergantian tahun 2008, terbayang olehku semarak lalulintas yang padat oleh pengendara yang ingin menghasiskan malam tahun baru ini dengan berkeliling Jogja. sementara aku disini masih asyik menulis tanpa terusik malam yang membahagiakan orang yang memang lalu lalang. . Di rumah sakit ini semakin ramai saja dengan pasien masuk, banyak kecelakaan.aku tetap menulis.Beberapa hari ini aku memang disibukkan dengan kegiatan pemeriksaan darah untuk HIV test bagi para pekerja seks di salah satu lokalisasi di Jogja. Bahkan semalam tadi aku harus ekstra waktu untuk memberikan konseling bagi puluhan pekerja seks perempuan yang ingin mengetahui hasil testnya beberapa waktu yang lalu.
Siang tadi kira kira pukul 14.00 wib, sesuai janjian by phone yang dilakukan semalam. Salah satu pekerja seks datang ke kantorku. Dilantai II PKBI DIY itu kami bertemu bertatap muka. Sembab wajah perempuan itu, setelah semalaman menangis. Dia mengaku tidak bisa tidur. bayangan kematian membuatnya gelisah. Hal itulah yang dituturkannya padaku.
" apakah saya bisa sembuh?" pertanyaan permpuan ini. Perempuan ini terdiagnosa HIV positif. Selama satu jam lebih aku memberikan layanan konseling baginya. Sesekali tissue diusapkan diwajahnya, mengahapus air mata yang deras mengalir. Kuberikan waktu baginya untuk menangis, dia lega.Kemudian dengan perlahan, satu persatu aku menunjukakan langkah tindak lanjut medis yang harus dilakukannya, sesekali perempuan ini mengangguk. Pertanyaan kemudian dengan lancar dia sampaikan padaku, mungkin sudah merasa nyaman. Keingintahuannya semakin besar." Aku ingin hidup",aku ingin sehat, aku ingin sembuh ," katanya
Selang beberapa waktu kemudian perempuan ini pindah keklinik bawah untuk memeriksakan keluhan keputihan yang dialaminya sekarang. Klinik adhiwarwarga PKBI kemudian melayaninya. Gratis, karena ini adalah warga dampingan lembaga.
Setelah semua dirasa usai, aku kemudian meluncur ke rumah sakit temapat kerjaku. Tinggal janji ketemu kembali untuk rencana tindakan selanjutnya buat perempuan temanku ini.
Sejenak aku merenungkan kejadian tadi. Hal yang sama sering kali terjadi pada siapapun yang mendapatkan diagnosa positif HIV. Virus ini masih dipandang sebagai monster mematikan yang tidak ada obatnya. Belum lagi vonis moral yang selalu dilekatkan pada cara pandang yang sebenarnya kurang tepat.
Lalu bagaimana dengan malam yang membahagiakan ini?
Akankah malam pergantian tahun ini mempunyai makna yang sama bagi teman perempuanku ini? Aku sendiri yakin , bahwa tentulah malm ini adlah malam yang berat. Berat untuk beradaptasi dengan status B20 yang disandangnya. Berat untuk melunturkan kekawatiran masa depan. Gelisah dengan bayang bayang kematian yang belum tertemukan jawabannya. Sejuta senyuman yang dialami banyak orang tidaklah berarti dengan perasaan temanku, terbungkam adalah perasaan.
Teman yang dipercaya adalah satu satunya kebutuhan yang dirasakannya.Bukan tarian, bukan kembang api, bukan riuhnya sorakan dan suara terompet.

" Jangan biarkan aku sendiri "


Selasa, Desember 30, 2008

Telur berputar dan HIV/AIDS

Ditengah asyik masyuknya diskusi hiv/aids antara dosen luarbiasa UNY, jurusan satra drs.Hamdisalad dengan direktur PKBI
Mukhotib MD, aku hanya bengong dan sesekali tertawa lepas. Bagaimana bicara hiv/aids dalam seni dan tradisi yang sedang dikembangkan
oleh lembaga PKBI DIY. secara sebagai orang media mereka sangat fasih membahas media audio visual untuk isu isu kesehatan
reproduksi, seperti film Naya garapan Hanung brahmantyo yang bekerjasama dengan PKBI saat itu.
begitu ngalor ngidulnya obrolan mereka , hingga organisasi agama juga tak terlewatkan menjadi topik menarik untuk di perbincangkan.
Luar biasa bagaimana kiblat informasi kesehatan reproduksi menjadi acuan organisasi besar seperti PBNU dan Muhammadiyah yang akan dimotori
oleh lemabaga tua sebesar PKBI DIY.
Akhirnya senggolan banyolan tertumpu pada sebuah kejadian unik di pondok pesantren " Watu Congol " Magelang.
Sebagai saksi sejarah direktur PKBI yang merupakan alumni pesantren, mengkisahkan pengalamannya. Memang secara sosial pondok pesantren Watu Congol
ini tidaklah mencolok di banding denga pondok pesantren Pabelan, yang mampu mengembangkan IT dalam pengembangan pendidikan bagi para santrinya.
akan tetapi justru keunikan Watu Congol inilah yang memberikan inspirasi untuk menuangkannya dalam blog aku.Dulu di pondok pesantren yang bernama Watu Congol ini, ada sebuah tradisi. banyak masyarakat yang berkunjung untuk bertemu Kyai disana.
seringkali untuk acara pisowanan tersebut masyarakat membawa buah tangan untuk pak kyai. Kebanyakan mereka membawa buah tangan telur ayam.
hal tersebut dilakukan untuk konsumsi bapak Kyai disana. Akan tetapi lam kelamaan jumlah telur yang terkumpulkan tak sebanding dengan kemampuan
konsumsi pak Kyai. Telur terkumpul dalam jumlah yang semakin banyak. Oleh sebab itu maka pak Kyai menyuruh sebgian santrinya untuk menjual dan
menukarkan uang di warung warung sekitar Pesantren Watu Congol. Uang bisa di gunakan untuk membiayai keperluan pesantren tersebut.
Seiring waktu, ada perubahan budaya dari masyarakat yang sering melakukan pisowanan Kyai di pondok itu, yang selalu membawa telur dari rumahnya.
Dengan alasan bahwa telur mudah pecah, selama perjalanan untuk bertemu Kyai, maka masyarakat memilih untuk membeli telur diwarung sekitar pesantren tersebut.
Telur di serahkan pak Kyai, menumpuk. Kemudian para santri kembali menjualnya ke warung sekitar. Masyarakat datang membeli dan diterimakan pak Kyai.
Kembali santri menjualnya pada warung penjual telur. Begitu seterusnya hingga telur tersebut pusing yang bukan hanya tujuh keliling, karena memang tidak pernah
ada berhentinya.
Lalu seorang santri, nakal bertanya pada penjual salah satu warung, " Bu, kapan perputaran telur ini akan berhenti?".
Dengan sangat enteng prempuan penjaga warung menjawab, " ya, kalau telurnya debeli oleh orang kampung". artinya bakal dimasak dan di goreng.
Santri mengangguk angguk merasa bodoh dengan jawaban si ibu penjaga warung. Cerita senada juga terpaparkan dengan lugasnya. Kali ini, ceritanya hanya berbeda
bikisan bermacam merk rokok sebagai upeti Kyai. Nasib rokok yang sama dengan telur.
Akhirnya kami bertiga tertawa lepas............
Lalu apa hubungannya dengan hiv/aids?


Nyanyian Natal dalam peluh dan air mata

Berbulan bulan aku absen dari menulis blog. Banyak sekali moment yang hilang. Mulai dari hiruk pikuk surveilans pekerja seks, aids day, jogjakarta principle, SAN ( Stop Aids Now ) di Jakarta hingga hari hari yang timbul tenggelam.
Ya ..sudahlah yang penting pagi ne, aku harus mulai menulis lagi. mungkin karena dipicu hari ne ngerasa sepi tidak ada aktivitas seperti biasa dilakukan. Natal kali ne, memberikan nuansa yang berbeda. Setelah sekian lama bergelut dengan dunia hiv/aids ada beberapa titik terang serta keberhasilan yang menambah semangat dalam gerakan. Ada yang menggelitik perasaanku, lama sekali aku tidak turun ke lapangan, khususnya tempat teman temanku mangkal dan bekerja sebagai pekerja seks. Kegiatan surveilans itulah yang menjadi media aku kembali dekat dengan mereka. dari beberapa lokasi yang menjadi sasaran surveilan pekerja seks di Yogyakarta salah satunya adalah " Ngebong " sebutan lokalisasi ilegal di sepanjang rel kereta api.



malam itu hampir jam 24.00 wib, masih banyak para pekerja seks yang mau memeriksakan darahnya untuk di test HIV. Karena itu adalah permintaan teman teman pekerja seks sendiri maka akupun tetap terjaga dalam semangat yang mengharu biru. Bagaimana tidak, seluruh program hiv/aids yang menggelontor danannya di Jogja tidaklah lepas dari sumbangan dan kerelaaan teman teman saya yang memberikan sample darahnya untuk diperiksa. Keadaan mereka yang rapuh dan rentan tidaklah seimbang dengan reward yang diberikan. Seringkali mereka menvonis dirinya sendiri padahal teman temanku ini adalah korban.
Korban ketidak adilan, korban ketimpangan gender, korban kekerasan, korban ekonomi dan korban sistem negara. Jika kita melihat langsung beberpa diantara teman kita ini sangatlah memilukan, beberapa diantara mereka adalah perempuan dengan keterbatasan dan kemampuan yang berbeda ( defable ). Bagaimana seorang perempuan yang bisu menjadi pekerja seks. Untuk bernegosisasi dengan para pelanggan saja banyak keterbatasan. hal ini menambah resiko akan kekerasan yang dilakukan oleh para pelanggan. Tanpa perlindungan, sebagian masyarakat hanya bisa menyalahkan dan menghakimi mereka tanpa bisa merasakan apa yang dialaminya. Ironis memang. Berapa orang tua yang pernah menjadi pekerja seks masih mengais rejeki ditempat itu denga berjualan ataupun menjadi tukang pijit keliling. dari mereka ada yang buta. Bekerja penuh dengan resiko karena tempat yang tidak bersahabat, penuh bahaya dan gelap. Hanya lampu lampu kecil yang tidaklah terlalu terang. Kadang kereta lewat dengan jam yang sangat padat.
Beberapa catatanku menunjukan hal yang memiris hati. dari pendapatan mereka yang kecil, hanya beberapa lembaran ribuan perak untuk bertahan hidup harus memberikan dan mempertaruhkan organ reproduksinya yang nilainya tak ternominalkan itu.
bagaimana tidak, sebagian besar tamu tidak mau menggunakan kondom. Dengan angka prevalensi yang tinggi di JOgja tentunya semakin menambah situasinya semakin beresiko bagi mereka. Informasi adalah dengungan yang digemborkan di banyak program penanggulangan adis ini. Akan tetapi tidakkah para penggiat paham kondisi mereka. Pengetahuan adalah hal minim yang mampu mereka pahami. Jangan hanya berkata " telah diberikan" seperti biasa orang program mengatakan, karena pemahaman selama ini merekan adalah sasaran program yang berarti " object", entah diakui atau tidak.
Lihatlah sebagian mereka adalah defable dengan keterbelakangan mental, yang mengharuskan metode yang berbeda dalam penyampaian informasi, sehinggga bisa dipahami. Belum lagi sebagian besar adalah buta huruf akankan teman temanku ini aman dari tindak kejahatan dan ketidak adilan.

Ingin rasanya Natal yang damai dan menyejukkan, dialami juga oleh teman temanku ini. sejenak termenung membayangkan wajah mereka kembali. Jika saja lebih banyak lagi orang yang akan peduli tentunya akan mengguratkan senyuman mereka kembali

Jumat, Oktober 24, 2008

Tayangan AIDS bikin heboh


Baru baru ini, paguyuban aids ina di hebohkan dengan pemberitaan kasus aids di media televisi swasta. Tayangan berita 23/10 jam 18.30 tersebut menayangkan berita tentang penderita aids yang ditelantarkan oleh pihak rumah sakit Adam Malik Medan. Dengan jelas pembawa berita menyebutkan nama lengkap pasien tersebut dan menanyangkan gambarnya tanpa di kaburkan. Reporter menggambarkan latar belakang dengan gamblang, bahwa pasien tersebut adalah berasal dari keluarga miskin yang mempunyai keterbatasan dalam hal pembiayaan. Akan tetapi pihak rumah sakit mengatakan bahwa proses pemulangan pasien sudah sesuai dengan prosedur. Di ceritakan bahwa warga setempat menjadi saksi saat pasien tersebut diturunkan dari mobil ambulance RS.Adam Malik dan dibiarkan tergeletak di atas trotoar yang kemudian ditinggalkan. Warga yang melihat, menggotong pasien tersebut ke puskesmas yang kebetulan dekat dengan lokasi kejadian.
Gegernya paguyuban millis ini :
Media melakukan pemberitaan dengan menampilkan wajah penderita aids dan dengan jelas menyebutkan nama pasien ( tidak disamarkan/inisial ) dan hal tersebut melanggar asas konfidensial dan HAM.
Pihak rumah sakit telah melakukan dosa besar atas terlantarnya warga Negara yang mempunyai hak hidup untuk sehat. Dan oknum rumah sakit adalah orang yang dikutuk karena kekejiannya.
KPA ( komisi penanggulangan AIDS ) Medan, sebagai Institusi yang mengkoordinir seluruh kegiatan penanggulangan Aids harusnya melakukan sesuatu atas respon keadaan tersebut.



Berikut kutipan dari anggota millis aids-ina :

Belum kelar persoalan Krisi ARV
kini dikejutkan lagi perlakukan tidak manusiawi
oknum pegawai RSUP Adam Malik Medan
yang menelantarkan pasienya yang diketahui pasitif HIV
ditinggalkan di rumah warga( berita Seputar Indonesia edisi 24/10/08)

Persoalan seperti ini tidak bisa dibiarkan
kita warga Peduli HIV dan AIDS sangat mengutuk keras
tindakan biadab tersebut yang sangat melanggar HAM
karena itu Menteri Kesehatan dan DPR harus turun tangan
agar perlakuan tidak manusiawi tidak terulang lagi
di rumah sakit yang dibangun dan dibiayai dengan uang Rakyat
Ingat RS tanpa uang rakyat tidak akan bisa operasional

dan ucapan terimakasih dan salut
buat ketua komisi D DPRD Medan yang sangat peduli masalah ini
semoga pejabat lain melek mata melek hati
salam juang msugi
Mohammad Isnadi

Kami di ujung timur indonesia mendengar dan mengetahui berita Orang terinfeksi diturunkan paksa oleh petugas RS Adam Malik Medan melalui Berita Siang di Metro TV dan RCTI langsung berinsiatif mengkontak beberapa konselor di Medan maupun Medan Plus untuk mengetahui kejelasaannya karena KPA Kabupaten Merauke mau mengambil sikap tentang masalah ini.
Namun semalam saya mendapat konfirmasi langsung dari Koordinator Konselor VCT RS Adam Malik Medan bahwa Pasien tersebut bukan seorang yang terinfeksi HIV, tapi persoalannya ini masalah kemanusiaan bukan karena dia ODHA saja.
Sefnat Danial

yah...memang miris, tapi itulah yang memang terjadi....
Tapi seharusnya teman-teman liat berita Metro Hari Ini di METRO TV tgl 23 Oktober 2008 jam 18.30, disana (tampaknya) masih belum ada konfirmasi tentang keadaan medis sebenarnya dari si pasien yang ditelantarkan tersebut. Dengan sangat jelas pembaca berita mengatakan bahwa pasien tersebut adalah suspect HIV-AIDS dengan menyebutkan nama jelas si pasien dan gambar close up dari orang tersebut. (...yang kalau menurut keterangan rekan-rekan dari Medan Plus bukanlah seorang pengidap HIV-AIDS)
Sepertinya hal ini perlu menjadi pelajaran banyak pihak. pihak RS sebagai penyedia layanan, rekan-rekan kelompok dukungan sebagai fungsi kontrol dalam setiap hal yang berhubungan dengan HIV-AIDS didaerah, serta pihak pers yang seharusnya mendahulukan fakta dibanding sensasi.Mungkin disatu sisi pihak pers mengankat hal ini agar menjadi perhatian dari pihak-pihak terkait, tetapi tampaknya masih banyak hal yang perlu diketahui oleh rekan-rekan pers tentang pemberitaan seputar HIV-AIDS.
Bayangkan jika seseorang tersebut memang tidak terbukti sebagai seorang HIV+, beban mental yang akan dihadapi olehnya serta keluarganya tentu akan sangat besar karena jelas pemberitaan tersebut (mungkin) hanya sebatas membahas 'Penelantaran pasien HIV-AIDS di Medan', sementara tindak lanjut apa yang akan dilakukan juga masih belum pasti, sementara pemberitaannya telah secara nasional.
Hal tersebut seharusnya tidak perlu terjadi, tidak dengan orang dengan HIV+ maupun penderita penyakit lain jika pemerintah benar-benar memperhatikan kualitas pelayanan kesehatan di masyarakat bagi masyarakat kurang mampu (yang katanya) telah menjadi 'prioritas' dan selalu menjadi bahan orasi andalan bagi para calon Kepala daerah dalam kampanye mereka. Dari situ pula kita dapat melihat sebuah potret kebobrokan dari sebuah institusi yang seharusnya menjadi harapan terakhir masyarakat bagi kesehatan mereka.
Dan (mungkin) memang masih banyak yang harus kita benahi...
Semoga apa yang terjadi di medan menjadi berita terakhir dari kisah tragis yang mungkin dialami oleh para pengguna jasa layanan kesehatan... .
Sad Angel

stop epidemi merupakan tanggung jawab kita semua, termasuk teman teman media. bagaimana maksud baik, juga meninggalkan dampak yang baik pula.

Rabu, Oktober 22, 2008

Subsidi Obat HIV kembali online

Kabar yang menggembirakan di sampaikan ibu Dyah, ARV yang dikabarkan hanya bertahan 2 bulan saja, ternyata bisa diupayakan hingga maret 2009. Setelah rakerkesnas departemen kesehatan di Surabaya kemarin, Menteri mendapatkan dana cair untuk subsidi pengadaan obat hiv tersebut. Ucapan terima kasih mengalir bertubi tubi menyambut pahlawan ARV, ibu menteri.
"Kenapa harus berlebihan, bukankah itu emang tugas beliau", komentar Alita damar. Diusulkan Hari AIDS mendatang akan diadakan spesial event untuk acara spesial terimakasih pada bu menteri. wow ...
saat obat menipis, orang saling menuding. Para pejabat jadi sasaran yang pertama.Ketika tidak ada keberhasilan upaya maka hujatan hadiahnya. Sebaliknya ketika harapan dan keinginan terwujud, maka sambutan istimewa diberikan dengan riuh sorainya.
Beginilah suasana paguyuban aids Indonesia. Bantuan demi bantuan ditarik untuk menambal kekosongan dan ketidak mampuan negara. Ujung ujungnya menina bobokan kesadaran kritis.
Kenapa kita tidak berpikir , untuk mengambil dana APBN ? Usulan dan saran , adanya advokasi ke dewan menuai kritik tajam.


Negara juga sedang krisis, Advokasi tidak hanya cukup dalam waktu sehari dua hari. Masalah yang dihadapi negara ini cukup kompleks. Akan tetapi dorongan dari teman teman penggiat adalah , sudah saatnya kita berpikir bahwa tidak bisa kita harus bergantung pada bantuan luar negeri terus. Advokasi, hearing pada anggota dewan harus dilakukan. Ini masalah serius, satu generasi bangsa akan hilang jikalau kita masa bodoh dengan hal ini.
Lihat fakta, jika benar jaminan ketersediaan obat hanya sampai maret 2009, lalu bagaimana kelanjutannya? apakah dana tersebut sudah diperhitungkan benar, dengan angka HIV yang terus melaju bertambah?

Sabtu, Oktober 04, 2008

Malapetaka karena ARV langka.


ARV atau anti retroviral adalah obat yang dipakai penderita HIV positif untuk tetap dalam kondisi sehat. Kemampuan obat iniadalah mampu menekan jumlah virus di dalam tubuh odha hingga undetectable.Dengan kondisi ini maka kualitas kesehatan odha akan tetap baik. Memang hingga kini, belum ditemukan obat yang mampu menghilangkan virus penyebab aids ini. Tetapi kehadiran ARV merupakan kemajuan tehnologi pengobatan HIV yang memberikan harapan bagi penderitanya.
Harga obat ini kurang lebih 750.000 rupiah hingga 2 juta perbulannya. Pemakaiannya pun seumur hidup dan tidak boleh dihentikan sama sekali. Resistensi salah satu faktor kenapa obat ini harus secara disiplin meminumnya, tak beda pada kasus diabetes kan..

Sementara ini menurut estimasi UNAIDS, angka penderita HIV di Indonesia sudah mencapai 193.000 orang. Bahkan 25% telah memasuki fase aids. Ironisnya infeksi yang dikenal masyarakat, hanya menginfeksi kelompok tertentu yang mendapat vonis moral, kini ternyata telah menjangkiti para ibu rumah tangga, perempuan dan anak anak.

Selama ini harga ARV yang begitu mahal, menjadikan beban yang sangat berat bagi odha, apalagi dengan kondisi ekonomi yang demikian timpang. Untuk itulah komitmen pihak penanggulangan epidemi ini, untuk memberikan subsidi bagi para penderita virus HIV. Bisa dibayangkan berapa rupiah dana yang harus dikucurkan untuk menjamin ketersediaan ARV ini. GF ( Global Found ) AIDS selama ini adalah donor asing yang membantu program dan ketersediaan obat sejak tahun 2005. Tercatat 80% total anggaran yang diperlukan nasional dalam penanggulangan epidemi , berasal dari lembaga donor ini. Tragis memang , hanya angka 20% ditanggung oleh negara melalui APBN, karena hal ini sungguh tidaklah proposional. Bantuan itu kini terancam terhenti.

Debat dan diskusi ramai dibincangkan di millis aids ina. ARV langka!!. Sejumlah reaksi bermunculan di millis. Sebagian odha menanggapinya dengan emosional,” mari kita bunuh diri rame rame, berhenti minum obat!!’.
Tuduhan ke para pejabat dan pengambil kebijakan ditudingkan. Bagaimana tidak , karena sebagian dari merekalah yang menikmati kucuran dana project atas nama HIV/AIDS, ungkap salah seorang odha.

” Hal ini bisa dipahami bersama, bahwa hidup dengan virus ini bukanlah hal yang mudah. Stigma dan diskriminasi yang masih kuat di tataran budaya kita, ditambah pola hidup yang ketat, biaya kesehatan yang tinggi serta kejenuhan minum obat menambah stressing tersendiri yang tidak mungkin hanya dipandang dengan sebelah mata. How to survive....

Sementara di Komisi Penanggulangan AIDS Nasional ( KPAN ), sedang kebingungan mencari dana pengganti akibat terhentinya dana Global Found ini. “ stock ARV nasional, hanya tinggal dua bulan,” tulis seorang pejabat yang berwenang.
Nafsiah mboi, sekretaris jendral KPAN juga mengeluhkan jajaran yang dipimpinnya, bahwa sering kali untuk koordinasi penting seperti ini didalam rapat hanya dihadiri oleh para perwakilan dari pengambil kebijakan. “ Ya, susah padahal notabene anggota KPAN semua kan menteri negara, bagaimana akan mengambil kebijakan jika yang datang saja hanya perwakilannya,” keluh beliau.

Tragedi Kemanusiaan dan Pemanasan Global


Melihat tayangan” Kick Andy”, di Metro tv, jumat 03 Oktober malam,mataku berkaca kaca. Entah kenapa mataku terpacang memandang satu channel ini.
Jika kemaren aku sakit, temperaturku naik, Wow ampe 39 derajat Celsius, Ni bumi yang sakit. Rekahan gunung es yang mencair di kutub seluas Jakarta Bogor ditayangkan dalam rekaman video oleh Metrotv. Retakan retakan tanah yang kering, sawah sawah yang mulai tidak produktif karena tidak ada air, menjadi pemandangan yang membuat miris dihati.
Sebaliknya banjir terjadi beberapa daerah lain, badai semakin sering terjadi, penyakit akibat radiasi bermunculan dan ancaman terbesar adalah akan banyak desa desa di wilayah pantai akan tenggelam karena naiknya permukaan laut, ungkap Amanda katili, aktivis lingkungan hidup.

Waekokak desa kecil di NTT mengalami kekeringan dasyat. Warganya harus berjalan puluhan kilometer untuk mendapatkan air. Puluhan hektar sawah kering, tanahnya retak retak. Gagal tanam adalah nyanyian keseharian. Kemiskinan adalah baju hidup yang harus disandang. Kebutuhan yang paling penting di sana adalah air, ungkap Glen fredlly.

Glenn musisi yang berkomitmen dalam gerakan melawan global warming ini, tergabung bersama musisi lainnya mendirikan Green Music Foundation. Kampanye dilakukan untuk mengundang setiap individu untuk berperan aktif untuk mengurangi pemanasan global.
Giring misalnya, vokalis group band Nidji ini rela menunda untuk membeli mobil, dan menggantinya dengan sepeda “onthel” hanya karena terlalu nyesak liat banyakknya mobil di kota Jakarta. Untuk ngapel aja doi pake sepeda katanya.

Terinspirasi dari seorang Saekan, bapak 57 th, yang membangun penghijauan di desanya, dibawah kaki gunung wilis. Desa yang tadinya tandus dan kering, sulit mendapatkan air di tahun1970. “Jangankan mandi untuk kebutuhan minum saja sulit, “ cerita bapak ini. Tetapi sekarang wajah desa itu berubah, bukan saja sumber air yang mudah, akan tetapi lebih ijo royo royo, hasil jerih payah pak Saekan beserta teman temannya. Kopi, cengkeh, kelapa , manggis dan duren ibarat gaji para pejabat yang rutin, ungkap penerima Kalpataru 2008 ini.

Space tayangan Kick Andy, yang memberi ruang kampanye buat siapapun, memberi pembelajaran bagi media kita untuk melakukan perubahan sosial. Wujud kongkritnya adalah dengan menyentuh setiap individu yang menonton untuk tergerak melakukan peran aktifnya. Pemerintah juga seharusnya mulai dengan kebijakannya dalam sebuah koordinasi yang saling sinergis, bukan hanya berpikir tentang departemennya sendiri sendiri.

Andai aja sinergitas masyarakat, organisasi/lembaga dan pemerintah itu terwujud, dalam mengatasi global warming. Hal ini bukan saja akan mengembalikan Indonesia sebagai paru paru dunia dengan wilayah hutan terluasnya, akan tetapi menjadi pemimpin bagi penyelamatan bumi yang sedang sakit ini.
Mulailah dari diri kita masing masing......

Rabu, Oktober 01, 2008

KETIKA PEDULI TAK LAGI BERPIHAK

Saat sebagian orang sibuk menyiapkan lebaran, saat banyak orang dipenuhi kebahagiaan , saat semua orang berkumpul dengan keluarga.
Sore ini gue ditelpon oleh seorang teman.
“ Van , aku harus gimana ini, keadaanya sudah ngedrop banget, “ kata temanku.
“ Posisi dimana sekarang ?,” tanya gue.
“ di Abu bakar ali, dibawah dipinggir kali , dia ditunggui beberapa temannya,” jelasnya.” Dia kayaknya hanya percaya ma kamu ,” lanjut temanku.
“ oke, aku meluncur kesana.” Jawab gue.

Seorang anak laki laki, usia 21 tahun, klien gue. Dia didiagnosa HIV positif tahun 2005. Gue konselornya waktu dia pertama kali melakukan test. Saat itu kondisi doi sehat. Sempat menjalani terapi ARV ( antiretroviral ) pengobatan untuk penderita HIV positif. Tetapi karena alasan tidak bisa berhenti dari kebiasaannya minum minuman beralkhohol akhirnya drop out dari terapi. Situasi itu berulang kali terjadi dimana hal tersebut menjadikannya resistent terhadap pengobatan yang dilakukan. Beberapakali kondisi menurun dan untuk kesekian kalinya harus keluar masuk rumah sakit. Bahkan beberpa hari kemarin doi sempat dirawat dirumah sakit dan kabur dari rumah sakit tersebut. Kesehatan yang semakin menurun membawa kondisi dia masuk fase AIDS.

30 menit perjalanan gue dari rumah hingga daerah Abu bakar ali. Kulihat sekeliling tak ada teman di pertigaan itu. Gue ambil Hp then gue SMS,” Lis aku da nyampe abubakar Ali, ko dimana” Tulis gue di sms.
Gue duduk di pinggir pagar parkiran Bus sembari melamun.Sesaat temen gue Sulis, tiba di Abu bakar ali. Disusul Toni yang berbonceng dengan pacarnya, Noni namanya.
“Piye, kita langsung kebawah po,” tanya Sulis. “ Yo , ayo “ jawabku singkat. Bertiga gue , Sulis dan Toni segera menyeberang kearah taman Abu bakar ali. Dibawah jembatan kereta api yang melintang, gue turuni lereng jalan yang licin dan curam. Sesampai dipinggir kali Code, kami bertiga menyeberang kearah timur. Untung kali saat ini “cetek”, hingga kami tidaklah terlalu basah karenanya. Hingga diujung timur, tepatnya ditiang jembatan kereta sebelah timur ada tangga untuk memanjat talut kali.
Di sebelah rumah pak Mail, anak itu tergeletak.

Rumah Pak Mail, bukanlah seperti layaknya rumah yang kita bayangkan. Terbuat dari papan yang ditempel tempel hingga menyerupai kotak yang lumayan untuk bisa sekedar berteduh. Ukurannya tidaklah besar hanya cukup untuk dua orang.
Sementara anak sakit yang kita cari itu, tergeletak di sebelah utara rumah itu hanya dengan beralaskan tikar di bawah pohon mangga. Tidak ada lampu, keadaaan pada jam 21.00 itu sangatlah gelap.

Saat kami datang pak Mail menyambut kami dan menerangkan sedikit keadaan anak ini. Sementara anak itu tampak tak bergerak.Gue agak cemas dan khawatir. Jangan jangan?” gumam gue dari hati. Gue beranikan diri untuk memanggil namanya sekedar memastikan bahwa dia hidup.
Terdengar jawaban dari mulutnya, lirih. Gue lega.

Kondisi anak itu hanya meringkuk menahan dingin. Sakit lama yang dideritanya, membuat dirinya lemas dan tak bertenaga. Badannya kurus kering, mata yang cekung dengan pipi yang menyusut tak lagi menampakkan teman yang kukenal dulu. Gue usap pundaknya saat dia terbatuk , berupaya memabngun kedekatan dengan anak tersebut. Basa basi coba kutanya namaku padanya. “ Mas Novan “ jawabnya tepat. Mengalir cerita dari temanya saat dia datang ke tempat kerja gue untuk test VCT saat itu. 2005 dia menyebutkan tahun bersejarah baginya saat test HIV dengan gue. Beberapa teman yang berbareng dia saat test di tempat gue. Terseyum gue mendengarnya.
Kemudian dia duduk, dan menanyakan padaku , “ masnya juga kerja dirumah sakit?”
Lho kamu lupa ne, sapa aku?” pertanyaan bodohku.Dia hanya bergeleng ditempat gelap itu. Kusambung “ Novan, Novan “ jelas singkatku. Tampak anak itu tersenyum dalam kegelapan itu.

Kesehatan anak ini sangatlah menurun, sesaat di konek kemudian lupa lagi. Bagaimana dia akan bertahan ditempat sperti ini pikirku. Dikolong langit berteman angin , gelap bersama debu dan menggigil sakit.
Hati gue tersentuh tak tega melihatnya. Ku ambil HP dan ku kontak teman yang juga berjuang untuk remaja jalanan ini. Pak Giyo namanya. Doi yang mengelola rumah sehat “Lestari.” Saat gue telpon dia, Pak giyo menyanggupi untuk menerima anak ini sementara tinggal di rumah sehat. Saat ditawarkan padak teman gue yang sakit inipun, dia hanya menganguk pelan untuk pindah sementara di tempat yang baru, rumah sehat “Lestari “.

Fakta ini membuat gue kadang ingin berteriak. Inikah penanggulangan HIV/AIDS yang digemborkan sejumlah pemerhati di jajaran atas? Mereka yang duduk di kursi empuk dibelakang meja serta mengklaim telah memberikan perhatian ekstra dan bangga disebut sebagai pahlawan epidemi ini. Atau para penikmat aliran dan penanggulangan dalam jumlah milyaran rupiah. Sedangkan nasib komunitas penderita aids berbanding terbalik dengan keadaan yang sebenarnya.
Malam itu beberapa kali gue mencoba menghubungi beberapa penggede yang dianggap sebagi pengambil kebijakan, melalui Hp gue. Tapi sayang, hanya nada panggil yang sesaat dimatikan. Atau gue hanya mendapatkan Hp yang tidak aktif alias tidak dapat dihubungi.
Kasihan sulis, teman gue. Pengalaman pertamanya dalam peran aktifnya harus dihadapkan pada fenomena yang mengecewakan. Kebingungannya tidaklah terjawab walau teknologi telah ada. Lebaran dinikmati sebagai moment yang melelahkan karena kecewa. Sementara banyak orang memahami bahwa pilihan orang untuk libur adalah syah, sekalipun ada odha menjerit minta pertolongan. “ Yah itu hanyalah panggilan kemanusiaan , bukan tugas lembaga “ sebuah pernyataan yang pernah dilontarkan oleh seorang pejabat struktural di sebuah lembaga yang bergerak di issue HIV/AIDS. Ironis sekali.
Gue berpikir jika keadaan begini, akankah akan lahir orang orang peduli yang bekerja dengan hati? Ataukah kita akan menunggu mulut manis berlagak pahlawan yang akhirnya hanya akan berebut kursi kenikmatan yang akan mengucurkan dana segar untuk kepentingan pribadi atas nama gerakan HIV/AIDS?

Terpukau dalam hening

Selasa 24, September 2008. Disela latihan reading naskah video komunitas “ Given “ , gue sempatin buat menulis. Kebetulan tempat yang terpilih adalah museum Affandi. Tempat tersebut memberikan gue inspirasi untuk menuangkan kekaguman due akan seorang Affandi. Museum yang berada ditengah kota jogja, di pinggir kali Gajah wong, dipayungi oleh pohon besar yang tinggi menjulang, kokoh tak tertebas jaman dan waktu. Jl.Solo no 167, tepatnya.



Hening , dingin dengan kesejukan udara pinggir kali. Banyak sekali tanaman hias yang diatur sedemikian rupa hingga tampak asri ditengah terik dan keramaian kota Jogja. Sesaat gue coba berkeliling melihat bangunan antik dengan atap menyerupai daun pisang .Ada tiga bangunan yang berdiri. Di gedung yang berlantai dua gue lihat kamar Affandi yang masih tertata dengan apiknya. Bangunan yang didirikan tahun 1973 sebagai museum lukisan yang pernah diresmikan oleh Fuad Hasan ( menteri pendidikan dan kebudayaan saat itu dan bahkan pernah dikunjungi Soeharto maupun mahhatir muhammad saat mereka berkuasa.

Katanya lebih dari seribu lukissan yang disimpan disana.Melihat beberapa lukisan yang dipajang menambah agungnya sebuah karya besar seorang affandi. Beberapa keramik antik juga sengaja dipajang, menambah eksotisme museum affandi.
Ini pertama kali gue main ke museum itu. Setelah puluhan tahun gue tinggal di Jogja. Aneh memang , sebagai orang yang besar dikota Jogja.Tempat ini gue rasa sangat bersahabat. Tenang, sejuk bahkan terkesan damai. Mungkin saja karena saat ini pas tidak banyak pengujungnya. Gue coba menaiki tangga dari bangunan yang menjulang bak payung itu. Hah, teras luar ternyata tidak ada kursi tempat untuk bersantai memandang jauh keluar menghadap jalan raya pas jembatan. Tampak dari kaca jendela yang besar tersebut, isi didalamnya. Ternyata sebuah Kamar besar. Tempat tidur ukuran double bed tertata dengan apiknya. Beberapa lemari menyerupai rak mengapit bed tidur seakan menjadi teman akrab diantara perabotan yang sengaja di pajang dalam kamar itu. Setiap lemari penuh dengan buku buku. Sengaja gue memotretnya.Inilah kamar sang Maestro seni lukis itu.

Dibawah bangunan payung ini, ada tempat duduk unik yang terbuat dari ban mobil bekas. Walaupun terbuat dari ban bekas ternyata nyaman juga gue mendudukinya.
Terlihat teman teman gue tertawa, ngakak. Ada yang ngobrol privat. Ada yang berdiskusi tentang RUU Pornografi atau ada juga yang buka laptop dan menonton film film bugil, he he he lengkap yah..

Saat itu waktu memang sudah sangat sore. Latihan reading naskah cukup mengasyikkan. Memang sich ada beberapa talent yang berhalangan hadir. Sibuk selalu saja menjadi alasan. Sometime gue sendiri bingung, bila ada orang mengatakan angka pengangguran di Jogja tinggi tapi urusan latihan bayak juga bertemu dengan oarang yang sibuk.... eh mmmalah curhat..

Btw kesejukan pinggir kali Museum affandi memberikan kisah lain. Selain misteri keheningannya, ternyata merupakan saksi bisu dari sejumlah anak muda yang ingin mengabadikan talentnya, untuk memberikan warna bagi sinema Indonesia..halllah..
Kenapa ini penting, karena disitu da gue...wuih narsis lagi...
tapi paling tidak setelah affandi, tentu akan lahir budayawan budayawan baru, khususnya yang pernah hadir dimuseum ini. Karena museum ini memberikan inspirasi bagi kaum mudanya untuk berkreasi bukan saja seni lukis tetapi seni seni lainnya. ( termasuk seni yang keluar setiap hari ..air seni, karena disitu juga ada toilet)

Rabu, Agustus 13, 2008

Mimpi Seorang Pemula

Bangun pagi kali ne, nggak terlalu seger buat gw. Badan semua terasa kaku and lemes, mata juga kaga fresh....nggak ngerti kenapa? Mungkin karena tidur gw nggak nyenyak kali ye..coba ane ulur ulur ne badan tetep ja nggak nyaman, pokoke ngga fit lah.. melamun sejenak, “ apa gw pergi pijet aja yah?”

Emang se gw hobby dengan namanya pijet, orang kata sakit , gw ngerasa enak aja bahkan sometime bikin ketagihan. Dikit dikit pijet, capek dikit larinya pijet....maklum gw orang jawa yang doyan pijet.
Tapi ngeliat dompet ne, emang jadi mikir. Yah mang agak agak susah..rejeki bulan ne agak agak seret, atao emang pengeluaraannya aja yang haujubilllah buanyaknnya, orang kata “besar pasak dari pada tiang”, alias nyesekkkkk... he he he...

Yah, dari pada berat dipikir, gw bawa aja pikiran ntu ke kerjaaan ane. Kebawa sibuk sibuk gitu. Biar nggak ngerasa ngerasa amat, amat ja nggak ngeluh kog... gubrakkkk.
Ngak tahu juga ne, akhir akhir ne lagi suka belajar nulis. Biar mungkin kata orang tulisan gw nggak asyik, so whattt gw tetep aja belajar, itung itung curhaattttt huekkk cuih. Ada ngaruh sich. Tadinya awal seringkali gw malu ketika baca tulisan ane.. so lama lama bikin ane lebih cuekkk, enich kan blog ane so, bodo amat orang mau kata apa, yang penting nulissssssss.........

Sometime pengin juga kaya penulis lainnya. Mereka yang udah pada jago nulis. Asyijk juga ngebaca tulisan tulisan penulis ntu. Tata bahasa yang runtut, santun, simple nggak berbelit dengan konten yang terkesan cerdas dan nggak ngebosenin... huuuh kapan yah bisa seperti mereka? Nah dari itu gw , mulai belajar untuk nulis. Kata Ramon , “ orang belajar menulis dengan membaca, orang belajar bicara dari mendengar “ he he he so sweeett khan....yah its mean gw kudu banyak membaca, biar agak agak cerdas and nggak bloon bloon amat, biar amat aja yang bloon sendiri...huakkak kak kaka kakkkkk.

Ayo ayo sapa mau ikutan pekan membaca blog, kali kali aja bentar lagi ntu PKBI DIY mau bikin lomba tulis Blog.... hadiah pasti gede. Mosok LSM segede itu hadiahnya kecil, mana mungkin? Yah kalo bukan PKBI pasti yang laenlah...yang pasti buanyak buanyak berlatih, apalagi besok tanggal 19 – 21/08/08 ntu lsm ( PKBI ) mau bikin pelatihan “ Jurnalistik investigatif “ seru khan....sapa tau ane bisa ikutan he he he...kog ngareeep! Keluar dari situ bisa ngelamar jadi reporter or wartawan kriminal ya khan?!?? Or bisa gabung sama KPK untuk divisi media....kog kepunjulen........Puyeng deh..........Kata sahabatku, “apa seh didunia ini yang nggak mungkin? “...........

Selasa, Agustus 12, 2008

Hijaunya Buah Naga di Glagah

Hari minggu, biasanya orang menggunakan waktunya untuk bersantai, menikmati liburannya. Walaupun ada sebagian orang yang pada hari Minggu maupun tanggal merah lainnya tidak bisa libur karena pekerjaannya. Seperti gw ha ha ha .., secara karena memang gw kerja di rumah sakit di jogja. Then kebetulan hari minggu ini gw libur, lumayanlah setelah beberapa minggu kemaren ane kudu kerja kerja n kerja...he he kerja mania yah?..

Banyak rencana sich, dari jalan jalan pagi di boulevard UGM sambil sambil sok sok bergaya Sunday morning, denger denger musik sambil cucimata dengan banyak vitamin A , hi.. hi.. hi.. seger dech, biarpun muka lecek abis bangun tidur, tetep aja sinyal full. Dari jalan jalan diterusin sarapan pagi, ampe jelang siang, mulai deh kasak kusuk cari tempat nyante yang lain,” apa yah? Pantai”................

Kebanyakan orang pasti pernah kepantai. Dari sekian pantai yang menjadi objek wisata dia Jogja ini , sepertinya semua pernah gw kunjungin. Salah satunya pantai yang bernama Glagah...
Glagah adalah pantai yang terletak di sebelah barat pantai Samas, congot, tepatnya di daerah kabupaten Kulon progo. Siingat gw, pantai ini terkenal dengan kebon kelapanya, karena memang dulu gw pernah camping di kebon tersebut.yah..sambil kembali ngenginget gokil gokilnya dulu. Perjalanan kurang lebih 45 menit dari Jogja. Jalanan yang gw liwati juga high quality kog, lebar, mulus and nggak macet, walo emang ada beberapa titik yang agak rusak sich... Tapi itu biasalah terjadi di jalan jalan deket deket perbatasan kabupaten, maklumlah Indonesia.. , he he...klasik yah?

Saat di TPR, gw kudu ngerogoh kocek 3500 rupiah ( tarip untuk motor roda dua) untuk masuk objek wisata tersebut. Wow tertera dipapan “ Dermaga pantai, Agrowisata buah naga dan pantai Glagah, “paket wisata borongan, he hehe. Bersaing dengan paket hemat yang lagi ngetrend ne......Sepanjang satu kilometer menyusur kali kanan kiri tumbuh pohon kelapa. Kembali ingatan ane melayang saat tempo dulu, saat gw kemping disitu. Dipinggir kali dibawah pohon pohon kelapa.
Wow sekarang dah terbangun dermaga wisata di kali itu, asyik juga yah....hingga akhirnya sampai juga di bibir pantai glagah.

Sekarang udah lebih tertata dari pada dulu. Warung dan penginapanpun tersedia di sepanjang garis pantai dan lebih terkonsep dengan baik dibandingkan doelu.Sepanjang kurang lebih 1,5 km kearah barat, telah terbangun agrowisata buah naga yang tumbuh di kanan kiri jalan. Tanaman buah naga adalah tananaman yang menyerupai kaktus dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 meter, terlihat hijau bikin adem , asri bener di mata gw. Baru kali ini aku melihat pantai yang beginini cooll....


Then gw coba terusin jalan itu ampe ke barat barat. Sepanjang bagian baratpnatai Glagah ne, ggak ada rumah, semua hamparan pasir dan belukar liar. Tetapi di selatan jalan, menyusur pantai banyak berjejer gubuk2 kecil berbentuk tenda segitiga dari daun kelapa berjejer terbangun di bibir pantai, dan katanya itu disewakan, dengan tarif yang murah,bahkan 24 jam. Terlihat motor motor yangdiparkir di samping, tenda2 primitif tuch. Mereka berpasang pasangan, tidak tahu apa yang mereka bicarakan dan lakukakan. Pikiran kotor mulai mengonani otak gw. “Mereka lagi ngapain yah???, pertanyaan nggak penting, ”lha koe ki sopo”, he he he
Semua terlihat biasa saja,wajar tidak ada yang aneh, menurut gw. Tetapi lain orang bisa berpikiran lain kali ye.... walaupun mungkin fenomena ini telah lama ada lama, apakah sudah menjadi tradisi?

Yang terlintas dipikiran gw adalah, bagaimana yah akses informasi didaerah ini? Bagaimana pula dengan kondisi pada pasangan muda di daerah ini, ? Adakah layanan publik yang friendly buat remaja disini telah di pikirkan ? Apakah lsm atau program pemerintah yang telah dikembangkan dan dibangun didaerah ini? Kalo ada sapa, or dari lembaga mana. He he he.................

Huh... dasar , mau liburan aja masih nyambung juga dengan kerjaaan....
Btw Thaanks God, hari libur ne bisa liat pantai Glagah dengan segala pesonanya, dari kali yang tenang, teduhnya kebun kelapa sampai pantai yang indah dengan hijau kebun buah naganya. Sapa tau cerita ne bisa jadi referensi sapa aja yang belum pernah ke pantai Glagah. Pokoke itu pante keren abis buat gw, terutama kebun kelapa n kebun buah nagannya.....so sweaattttttt....

Satu hal yang menarik bagi penggiat issue hiv/aids maupun issue perempuan adalah femonema menarik dari daya tarik eksotik pantai yang mengundang siapa saja untuk kemudian peduli dan mau berbuat sesuatu untuk berbagi kebaikan dan kasih disana......GBU

Sabtu, Agustus 09, 2008

Seuggerrrnya orange juice ...ada perubahan.

Ugfh...panasnya jogja..kering. Siang begini bawaannya haus terus. Di PKBI sepi, ngga rame kaya biasanya. Biasa katannya se mukhotib sindrom. Ga da bos berarti ga da kegiatan ha ha ha ha....
Biar sepi sepi diatas sendirian, tetep da musiklah, biar gaya gaya oldis tapi emang asyik kog di dengerin kalo lagi cuaca panas begini. Love me tender terasa lebih romantis, he he. Rebahan di kantor sometime fell ga nyaman se, tapi mumpung ga da boss.. nikmati sajalah, cuekk secuekknya or kata galink sebodo teing...
Lama lama bosen juga tengak tengok kaya orang bodo begini ( mang bodoh beneran kog he he he ). Kerjaaan banyak se, tapi nggak ngerti ne bawaanya males aja. Mau nulis kog bukan penulis, mau bikin modul kog gaptek plus dodol, mau nyanyi paless. Yo wis, rebahan sambil bengong ja lebih asyik ya, berimajinasilah kata orang biijak.

Sempat se cari minum ke warung depan, eh ketemu ma pak yohanes, petugas lab yang menjadi salah satu tim VCT PKBI. Ngobrollah acara 17 an, di rumah sakit bethesda, tempat dia kerja. Benernya gw banget tuch agak gak males se, tapi yahhh bermuka sok sok baiklah dari pada garang garang bloon khan ga baik juga , ( mang muka gw senep senep busuk tapi imut ne he he ). Lagi asyik asyiknya bermuka sok baik eh...nimbrung ngobrol wakil bos gw, ketemu saat mau balik kantor, karena gw mang ngobrolnya di parkiran depan kantor. Tapi asyik kog, obrolannya nyambung banget, yah karena emang dunia gw. Dunia yang gw kenal banget,

Jadi gini, kata wakil bos, sekarang ne KPA kota punya wajah baru, cara pandang baru dan suasana baru. Hal ini kuentel sekali dirasakan pasca terbentuknya tim restra KPA kota, yang merupakan perwakilan dari beberapa instansi or NGO. Nah si Pak Supri alias wakil bos ne yangditunjuk menjadi salah satu dari 12 orang tim renstra KPA kota. Nah loh, barunya apa?
Tim ne akan berkumpul or meeting tiap satu bulan sekali dengan beberapa agenda yang mengusung issue yang sedang trend, katanya. Misalnya issue bahwa odha harus dikarantina. Atau yang bakalan seru lagi adalah kegiatan surveilans HIV yang pernah menyisakan guratan kekecewaan, khususnya gw. Hehe he . ( abis kena bllack list yah??) .Pokoke banyak hal yang akan selalu dirumuskan oleh tim, sebelum menjadi keputusan KPA kota. Its mean, nggak personal lagi, ataupun berpotensi untuk ditunggangi oleh unsur unsur atau kepentingan sekelompok orang atau individu saja, itu katanya dink...


Fungsi KPA kota lebih diperjelas pada fungsi koordinasinya, bukan implementatif. Artinya jika nanti ada pengebangan program misalnya RPA ( remaja peduli aids ) maka dana dan program yang telah design itu akan di limpahkan pada komunitas , or lembaga yang memayungi wilayah kerja daerah sasaran program and ga tumpang tindih. Sehingga KPA tidak lagi berperan implemantatif lagi. Dengan mainstreming HIV/AIDS pada seluruh kedinasaan pemerintah maka penting banget untuk memberikan support pada lembaga lembaga tersebut untuk mengembangkan program program HIV nya, sehingga tidak lagi didominasi oleh dinas kesehatan saja, atau menjadi urusan dinas kesehatan tho thok menthok... he he....

Yang menarik adalah legislatif tidak bisa menolak, jika ada anggaran yang diajukan oleh dinas lain ( selain dinas kesehatan ), jika mereka membuat program untuk issue isue HIV lagi, pertimbangan ini juga akan menjadi masukan anggota dewan dalam penentuan kebijakan, ne salah satu peran KPA kota.. . asyik ga100X ha? Ha? Ha? Ha?( mukhotib style ). Sebagi contoh, misalnya dinas pariwisata jogja, mau mengadakan sosialisasi hiv/aids bagi pengemudi becak wisata dan bus wisata maka DPR tidak boleh menolak anggaran yang diajukan dengan mengatakan “ ini posnya dinas kesehatan “
Wah pasti seru ne..

Yaw dalah....pokoke agak agak seugerr de denger perubahan itu, setelah lama gw menjadi korban sistem, demi bela komunitas termarjinal, yah yah yah, seseger orange juice CNC cafe, Bayonet... he he

____________________________________________________________________
VCT : volountarie counselling and testing hiv
KPA : Komisi penanggulangan aids
PKBI; Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
Renstra : rencana strategis.

Selasa, Juli 29, 2008

Sabtu di Nusantara

Sabtu, yang dingin. ..
Ditengah ramainya orang duduk didalm kafe, dengan bermacam tingkah dan laku. Ada yang bermain kartu sambil bercanda, ada yang bermain dengan rokok ditangan, asap mengepul. Teknologi kadang menjadi teman akrab buat beberapa orang yang yang menenteng notebooknya, tanpa mau peduli dengan hingar bingar orang disekitarnya.
Sejumlah waitress lalu lalang menawarkan menu saji dan layanan pada konsumennya.

Nusantara, kafe itu.
Kafe unik, dengan bangunan dari tenda dan bambu. Letaknya yang ditengah kota akan tetapi tegak berdiri diarena persawahan yang segar. Susanana nyaman dikonstruksikan sebagai nilai jual yang mengundang banyak konsumen. Sebagian besar dari konsumen kafe ini adalah kelompok muda. Gaya hidup menjadi kata kunci untuk mengundang kelompok ini menjadi penikmat layanan kafe Nusantara. Dari menu tidaklah spesial dan malah terkesan biasa. Dibandingkan dengan kafe lain disekitarnya , memang tidaklah jauh berbeda. Lalu apa yang menarik?....

Suasana yang friendly buat kawula muda, tempat yang bisa memberiakan prestige buat konsumennya, ditunjang dengan ramah tehnologi yang berkembang disana memberikan aura kemapanan dan dorongan menjadi penikmat gaya hidup yang “ ngenomi “. Tampak recehan uang tidaklah mempunyai peranan berarti. Semua mengalir dalam hitungan suka,senang, nikmat ataupun sebalikknya. Tetapi bukan rupiah.

Dalam proses berjalannya waktu, seorang pelanggan mau menghabiskan weaktu berjam jam dalam beberapa hari yang dimilikinya untuk menjadi penikmat gaya hidup berkafe ini. Termasuk aku. Akhirnya sederet teman menjadi penikmat baru yang terseret oleh bualan yang bias dengan titik nyaman pelanggan kafe ini sebelumnya. Tidak heran jika hal ini mampu memutar roda kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Apakah ada yang salah?

Tata nilai yang berkembang dalam tatanan sosial masyarakat diakui merupakan bagian tradisi, budaya, sehingga berkembang menjadi fondasi yang kokoh dengan pembakuan yang dilanggengkan oleh sistem masyarakat itu sendiri. Munculnya kata “ baik dan tidak baik “ mulai lazim didengungkan oleh dasar dominasi asumsi yang terbentuk dari tata nilai yang dianutnya. Kemudian muncul kegelisahan yang tercetus dalam ungkapan “ memangnya salah, jika aturan yang dipandang membatasi itu justru akan menyelamatkan kawula muda dari pergaulan yang tidak benar? “

Penikmat kafe beranggapan berbeda.. tapi hampir senada, “ yo luweh, , lha sing ngomong ki sopo, opo yo tak pikir, “
Karena memang aku tidak menggangu orang lain, hidup menjadi bervariatif, penuh dengan dinamika modern yang jika dimanfaatkan akan memberikan dampak positif untuk membangun inovasi dalam kehidupan dan bermasyarakat.

Bijak sekali rasanya jika dua kubu pendapat ini, mampu memberikan jawaban yang mencerminkan keberagaman kehidupan sosial, dalam tatanan yang dibangun atas kesepakatan bersama dengan dasar toleransi untuk pandangan positif yang akan membawa pada perubahan kultur masyarakatnya. Saling menghormati pilihan dan membuka toleransi untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia menciptakan atmosfir yang damai, sebagai cita cita bersama.