Subscribe

Senin, Januari 26, 2009

Tenggelam di panorama Curug Sewu


Hari kedua liburanku, selama seharian waktu aku habiskan di tempat yang bernama " Curug Sewu ". Sebuh obyek wisata yang berada di kecamatan patean, dekat perbatasan Kabupaten Kendal. Lokasinya tidak jauh dari sukorejo. Kira kira 1,5 jam dari kota Temanggung Jawa tengah.

curug sewu adalah nama sebuah air terjun yang konon adalah yang tertinggi di Jawa tengah. Aliran air terjun ini cukup deras dan besar, Sehingga cukup indah untuk dipandang. Panorama alam dengan hijaunya hutan tropis di bawah kaki pegunungan juga disuguhkan dengan apiknya.

Gardu pandang disediakan bagi para pengunjung untuk melihat lepas bentangan alam.Beberapa fasilitas lainnya juga di suguhkan sebagai pelengkap wahana rekreasi alam ini. Kolam renang misalnya.Sekalipun bukan ukuran sandart internasional akan tetapi jika diperuntukkan sebagai pelengkap rekreasi. Di sebelah kolam renang ada juga jet coaster, hanya mungkin sudah tidak difungsikan lagi.Hal ini terlihat karena tidak adanya aktifitas alat tersebut. Dan tampak sekali bahwa beberapa perangkat disitu terlihat sudah berkarat. Panggung hiburan dengan suguhan lagu dangdut live bersama artis artis lokal.

Di belakang kolam renang ada kebun binatang seperti ular, burung dan Gajah. Sedangkan monyet berkeliaran bebas di areal wisata curug sewu ini. Habitat monyet yang berada di Hutan disekitar air terjun menjadi pemandangan menarik bagi para pengunjung, Aku jadi teringat "sangeh " di Bali. Akan tetapi keberadaan monyet ini justru menjadi hama bagi para penjual di object wisata. Hal senada juga di keluhkan oleh para petani yang selama ini kebunnya dirusak oleh kawanan monyet yang lepas bebas ini.

Mobil renteng yang didesign bak kereta api mini juga turut mewarnai dan melengkapi taman rekreasi. sempat aku dibawa berkeliling seputar sawah yang bertingkat di belakang objek wisata.

Yang membuatku nyaman dan adem adalah rindangnya pohon pohon besar yang menaungi jalan jalan didalam objek. Beberapa spesies anggrek tumbuh menempel pada pohon pohon tersebut. wow sangat keren bagi pecinta bunga anggrek. Cuaca yang dingin dan lembab mungkin sangat cocok bagi tumbuhnya tanaman anggrek disini. kabut adalah keseharian memperkuat citra pegunungan yang identik dengan udara yang dingin dan sejuk. Jeprat jepret photo tak bosan bosannya aku ambil.
Duren buah favoritku sangat mudah aku temui disini. Apalagi ini adalah musim duren. Para petani disekitar object wisata ini kebanyakan mempunyai pohon duren dikebunnya. Kopi dan cengkeh menjadi hasil perkebunan tulang punggung kebanyakan petani disini. Urusan makanan, aku sangat dimanjakan disini. Mulai dari sate ayam kampung, nasi goreng babat pete, tonseng kambing dan sate sapi pun ada. Ayam oreng dan sambal khas yang yamiie banget udah aku cicipin, he he rakus ya? Yang menarik adalah belibis goreng. wah ini lezzat bgt.
Hujan yang sebentar bentar datang dan pergi tak mengusikku untuk terus menikmati indahnya alam curug.Tempat duduk disediakan dengan cukup. Sempat aku duduk dan menggunakan waktuku untuk membaca. Nyaman dan tenang sehingga membaca terasa sangatlah nyaman ditempat ini. sesekali si monyet mendekat untuk mengambil makanan yang terbuang. Jagung bakar menjadi teman bersantai.

Akan tetapi ada pemandangan yang sangatlah tidak menarik disini, bahkan mengganggu. Sampah, plastik dan bekas bekas makanan ada berserakan. Mungkin sebagian orang akan berpendapat bahwa hal tersebut biasa, selayaknya tempat rekreasi lainnya.

Tapi apa memang benar bahwa sampah berserakan merupakan kelayakan? Sehingga pembenaran buang sampah sembarangan merupakan kebiasaan yang akan di budayakan? lalu apa bedanya manusia pembuang sampah sembarangan dengan monyet monyet disini ya?

Minggu, Januari 25, 2009

Berpacu bersama terik dan hujan

Kupacu sepeda motorku keluar dari kota Jogja. Menyusuri jalan dan tikungan, dibawah terik siang yang menyengat. Tak peduli aku dengan kepulan asap kenalpot bus dan truk yang memang sangat menyebalkan. Setibanya di lapangan beran Sleman ku mampir sejenak ke bengkel temanku yang sedang mengerjakan mobilku. Telah hampir 9 bulan ini mobil tersebut belum kelar dengan pengecatannya. Kesal ,jengkel dan kadang marah aku simpan dalam hatiku. Berat menahan kekecewaan akan janji temanku yang mengatakan akan menyelesaikan pekerjaan itu secepatnya. Berulang tanggal dijanjikan, walaupun hingga detik inipun ternyata belum kelar. aku meraa tertipu. Aku dirugikan, karena semua pembayaran telah aku lunasi di depan tanpa sedikitpun aku menawar. Dia temanku, seorang yang ku percaya penuh sebagai teman yang aku nilai baik. Akan tetapi sebaliknya justru aku sendiri yang menjadi korban kebusukkannya. Janji janji sampai kapan janji itu. Memang aku yang lemah, hingga detik inipun aku tetap tertahan untuk tidak memarahinya karena disatu sisi aku berusaha untuk mengerti bagaimana kondisi dia... Justru karena hal itulah, pernah seorang sahabat dekat memarahiku karena kelemahan ini. "Novan novan, kog mau maunya kamu selalu mengalah sekalipun kamu dirugikan."

Aku pergi melenggang pergi dengan membawa butelan buntelan kekecewaan. speed kendaraan kutambah hingga laju kian cepat, pergi meninggalkan bengkel temanku. Berpacu diantara kendaraan yang padat dan jalanan yang sempit. Asap tebal mengepul dari truck dan bus. Bau solar dan hitamnya sisa pembakaran menempel pada wajahku yang terbuka tertepa angin. Aku tak terlalu menghiraukan. Sekalipun aku sadar bahwa kondisi ini sangatlah tidak baik untuk kesehatanku, apalagi keadaan sinusitisku yang sedang parah. Buntelan kekecewaan itu tak membuatku sadar dengan kondisi kesehatanku yang sedang menjalani proses teraphy.
Aku masuk kota Muntilan, teringat kupat tahu yang tersohor disitu. Kupat tahu blabak. Konon katanya bahwa tempat yang dipakai untuk berjualan kupat tahu tersebut adlah kandang kuda.Mungkin itu pula yang membuat kupat tahu ini mempunyai rasa lebih dari pada kupat tahu yang lainnya. Namanya juga novan, kalo ga mampir untuk mencicipi kuliner andalan di suatu tempat dalam perjalanannya maka ga lengkap rasanya.Dikota Blabak orang mengenalnya. sepiring kupat dan tahu panas mengepul dalam sajiannya. Rasa manis dan bumbu kacang yang khas menambah nafsuku untuk segera melahapnya. Sebatang rokok menjadi penutup makan siangku di Muntilan. Harga yang cukup murah karena dengan enam ribu perak saja satu porsi kupat tahu dan segelas es jeruk bisa disantap ataupun di bawa pulang.
Lalu kuteruskan perjalananku terus ke utara menyusuri jalan Magelang, setiba di kota Gumilang ini butiran air hujan mulai turun sebesar biji jagung. Tak kalah cepatnya motorku melaju keluar kota yang dikenal akademi militernya dibawah kaki bukit Tidar, yang dipercaya orang dulu sebagai paku pulau Jawa.
Secang kota berikutnya. Disini aku teringat dengan direktur dan sekaligus teman yang kebetulan bertempat tinggal di kota yang terkenal denga wedang secangnya. Hp ku buka dan langsung menghubunginya.Akan tetapi aku menghubungi ibu alias ibu direktur PKBI.
Sayang ternyata temanku sedang ke JOgja untuk sebuah acara. Tetap saja aku sempatkan untuk mampir ke rumah beliau. Akan tetapi rumah yang kumaksud kosong,walaupun berulang salam aku layangkan dengan ketokkan pintu sebagaimana tamu selayaknya.
Mungkin lain kali. Sebenarnya memang salah satu tujuan aku bertandang ,maksud hati numpang mandi.Karena badan ini terasa lengket akibat sudah seharian belumlah mabdi. Dari rumah sakit aku nekat berangkat sendiri menuju kota tujuanku. Sukorejo.

Temanggung kota berikutnya. Dimana aku tadi di guyur hujan lebat segede biji biji jagung. Pletak pletok tetesan air itu menghujaniku. aku basah dalam kesendirian itu.
Sesampai di daerah Bulu ( daerah yang menghubungkan Temanggung dan Parakan). Hujan mulai mereda, hanya rintik kecil saja. Akan tetapi tepat di Jembatan di depan Gudang tembakau Gudang garam, ban motorku "njeblug". Untunglah tidak jauh dari tempat itu ada bengkel tambal Ban. seorang laki laki muda menyapku dengan ramah. dan dengan sigap pula motorku selesai diganti bannya.
sampailah aku di Parakan.Kota yang berada dibawah kaki gunung Sumbing dan Sindoro. Pemandangannya cukup indah. Banyak gedung tua yang masih berdiri tepelihara. aku tetap melaju. Kembali hujan lebat menerpaku. Sebisa mungkin aku menyelamatkan laptop dalam tas ranselku yang mulai basah, sekalipun aku sudah menggunakan matel hujan.
Berkelak kelok dengan jalanan yang tak rata. Bergelombang, sempit denga travel dan Bus sebagai saingan. Ngadirejo terlewati, Muntung hingga Candiroto aku lewati tanpa peduli dengan hujan yang terus mengguyur.

Hinga akhirnya aku tiba di tempat kakaku " SUKOREJO". Kota kecil dimana di tengan bunderan ada patung ayam dengan telor dibawahnya. Lega...
Disini tidak banyak tempat hiburannya. Apalagi kalo malam, sepi tak bertuan. Hanya warung warung tenda yang bergelut dengan dingin sekedar untuk mengais rejeki.
Hingga akhirnya malam ini aku menuliskannya didalam Blog ini.
Selama tiga hari kedepan aku libur. Kunikmati masa ini untuk bersadar sejenak dari semua kelelahanku. Aku tinggalkan ritme kesibukan itu dengan sendiri dan nyepi diatas Gunung. Bersama dingin dan indahnya Curug sewu diantara jalan Weleri Kendal, Kabupaten Kendal , Jawa tengah....

Sabtu, Januari 24, 2009

Membalut luka menghibur diri


Seiring dengan waktu, disepanjang perjalanan mengiringi langkahku bergelut dengan problem hiv/aids. Problem yang seakan tiada pernah ada akhir. Syarat dengan issue HAM dan gender.Yang tak pernah akan habis untuk dinikmati dalam ukuran usia. Dinamikanya membuat degup jantung selalu terpacu tanpa pernah sekalipun berhenti.
Ada saat suka dimana kelegaan sesaat hadir menyiram. Melihat geliatan jiwa baru yang mewarnai dinamika penanggulangan epidemi ini. Setelah sekian lama bersama bertahan dalam pergulatan, cemoohan, makian bahkan tuduhan. Ada juga tangisan, kesedihan dan juga ratapan yang sebagian menjadi kidung keseharian. Pujian adalah angin lalu, sesaat datang kemudian pergi meninggalkan pemandangan muramnya. Begitulah keadaan yang menggambarkan semua lekak lekuk pergumalannku.
Mungkin sebagian orang akan berkata, yah begitulah hidup. Ada suka adapula saat yang tidak menyenangkan. Hanya bagaimana kita arif untuk menjalaninya.
Beberapa hari ini, jiwaku lemah. Aku lunglai kehilangan semangat. Kekecewaan melingkupiku. Selimut ketidak berdayaan membuat aku muram.Begitu melownya dalam waktu ini, hingga lagu bunga citra lestari terdengar begitu memihakku,

" ku ingin marah, lampiaskan tapi aku hanyalah sendiri disini, ingin ku tunjukan pada siapa saja yang ada, bahwa hatiku kecewa................"

ini hanyalah masalah rasa. Rasa ketika aku lelah, aku kecewa, dan bahkan aku tak berdaya. Saat rasa, bahwa aku diperlakukan tidak adil, tidak dihargai dan kemudian dibuang. Mengenang semua dedikasi yang dicurahkan, mengingat perhatian yang telah digelontorkan hingga waktu yang sebagian besar telah diberikan. Belum lagi perasaan akan tekanan yang selama ini ku coba untuk ditepiskan, " Ngapain sich kamu , capek capek ngurusin orang terus, sedang dirimu sendiri tidak pernah ko urus.Dapatnya apa, kaya juga enggak?!!"
Sementara ini aku merasa sendiri.Rasa mengatakan dimana orang orang itu? tidak ada satupun yang mendekat dan mengerti. Rasa menterjemahkan bahwa beginilah hidup, seakan aku hanya diciptakan untuk berbuat, perhatian dan memberi untuk orang lain, akan tetapi bukan untuk diriku pribadi. Rasa juga membubuhkan bahwa aku tidak punya hak untuk meminta, sehingga gelapnya kesendirianku hanya akan kunikmati sendiri sambil menunggu waktu tiba.

Apa yang kutuliskan diatas adalah rasa. Gambaran perasaan yang sedang kutuangkan dalam blogku. Mungkin tulisan ini sulit untuk diterjemahkan.Karena memang perasaan bukan untuk diartikan akan tetapi untuk dirasakan. empati mungkin saja terjadi tetapi itu bukan tujuan. Yah....begitulah rasa.
Hal ini kulakukan setelah kemarin sore, temanku mengatakan, Bagaimana mencurahkan segala emosi kedalam bentuk tulisan. Hal tersebut akan melatih kita untuk berpikir secara terstruktur dengan menggunakan rasio dan logika kita. Sehingga kita kelak tidak dikuasai oleh perasaan yang lambat laun justru membuat kita menjadi tidak produktif oleh karena dikuasai perasaan itu sendiri. Sebuah pembelajaran baru..
Yang jelas, aku bukanlah sedang mempersalahkan siapapun. aku hanya ingin bersandar sejenak dalam keletihannku. Serta belajar mempraktekkan teori yang menurutku baru. supaya aku bisa "fresh" kembali, untuk siap menghadapi tekanan yang akan terus datang dalam langkah karyaku.

Jumat, Januari 16, 2009

Byar pet gendak genduknya listrikku

Dalam seminggu ini telah dua kali aku mengalami kejadian yang melelahkan. Saat bekerja di laboratorium pathologi klinik, rumah sakit swasta besar dan terkenal di Jogja. Kemarin pagi pada saat jam kerja, banyak sekali pasien yang mengantri untuk memeriksakan darah ataupun sample lainnya. tiba tiba kira kira pukul sepuluh pagi, listrik mati. Biasanya listrik yang padam itu segera kembali menyala dengan 2 generator yang dipunyai oleh rumah sakit. Akan tetapi ternyata dua generator yang biasa untuk memback up saat listrik padam tidaklah berfungsi alias ngadat. spontan saja ini membuat panik banyak pihak. Terutama aku sendiri yang bekerja melayani pemeriksaan buat para pasien.

Laboratorium kami cukuplah modern. semua serba komputerise, dari alat kimia, imunnologi, hematologi hingga sistem informasi lab sendiri. Bahkan untuk antar dan kirim hasil maupun sample kami terhubung dengan alat yang namanya aerocom. Sebuah alat modern yang mampu mengirimkan barang, sample or sesuatulah, dengan menembakkannya dalam sebuah kapsul. Konon ini tehnologi dari NASA.
BTW semua ini menggunakan listrik sebagai sumber powernya. Alhasil dengan padamnya listrik tersebut, spontan semua matot alias mati total. UPS yang ada tidaklah cukup untuk menahan padamnya alat dalam waktu lama. apalagi kalo alat tersebut tidak ada UPS nya. Pastilah langsung mak pet...

kerugian yang ditanggung dari padamnya listrik tidaklah sedikit dlam sekali mati saja untuk alat yang seang running beberapa test 5 sampai 10 jt bisa melayang karena kegagalan test. Belum lagi kerusakan alat yang bisa di akibatkan dari pemadaman listrik spontan. Bagaimana tidak alat alat yang canggih ini adalah device yang dilengkapi dengan perangkat software or hardware yag disangatlah sensisitif dengan kondisi perlistrikan. Yang lebih parah lagi adalah komplain dari pasien yang sedari pagi telah menunggu hasil. Pastilah mereka kecewa, mengumpat dan bahkan ada yang marah marah akibat trouble yang terjadi sekalipun itu semua diluar kemampuan kami. Yah, wajarlah konsumen adalah raja, mereka telah membayar untuk layanan ini, yang mungkin tidaklah
sedikit angka nominalnya. Belum lagi beberpa pasien yang rumahnya luar kota jauh dari Jogja. Wuih ini hal yang paling menjengkelkan, sehingga kekesalan ditambah badan yang tidak fit, belum lagi masalah keuangan akan tetapi mereka mendapatkan service yang sangat mengecewakan.

Dalam upaya mengatasi trouble, ini tentulah pihak rumah sakit tidak begitu saja tinggal diam. Segala upaya segera di kerjakan guna membuat listrik kembali menyala. Sesaat listrik hidup, akan tetapi kemudian dalam hitungan detik padam kembali. Wuih ini terjadi berkali kali. Alatku ..alatku...waudah keluhku dalam hati. aku kuatir bakal ada alat yang akan rusak dengan kondisi listrik semacam itu.
Alhasil kira kira 13.15 wib listrik menyala dan stabil. tidak mati mati lagi. Dari waktu kerjaku yang tersisa aku coba ngebut untuk menyelesaikan beberpa test yang belum sempat terselesaikan. Kondisi ini memang memeras pikiran , otak dan juga tenaga. Semua harus selesai dalam waktu yang singkat. Jika tidak ingin kehilangan costumer.
Jam berjalan tanpa terasa, hingga semua selesai. waktu sang singkat itu membuat aku kemudiann harus beranjak dari ruang kerjaku dan meneruskan kerja kerja lain, di PKBI karena beberapa tamu , klien telah juga menunggu..wuih semua itu kunikmati dengan rasa syukur. Kelegaan melingkupiku saat semua bisa terselesaikan...
Aku masih harus bekerja lagi sorenya, ditempat yang berbeda , dengan pekerjaan lain yang tak kalah menantangnya dan juga berbeda asyiknya....

Minggu, Januari 11, 2009

Sebuah Daftar Panjang



Sebagai konselor di sebuah layanan VCT ( voluntary counseling and test ) test HIV berbasis konseling yang sifatnya sukarela. Seringkali aku berhadapan dengan banyak problem.Entah itu problem yang sifatnya individual ataupun yang berkaitan dengan sistem.
Memang aku sadari bahwa layanan test HIV ini tergolong masih sangat sedikit provider nya.Karena memang layanan semacam ini biasanya non profit.
Jasa konseling dan harga pengadaan alat maupun reagen test, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Akan tetapi dalam proses layanan pada masyarakat tidak memberikan keuntungan yang besar. Hal ini jika diukur dari angka nominal rupiah yang dikembalikan.
Banyak orang tidak menyadari bahwa keuntungan dari nilai sosial yang bisa didapatkan dari layanan ini, sangatlah besar. Kita bisa bayangkan bahwa perubahan perilaku yang mungkin saja diwujudkan dari hasil konseling bisa menghindarkan orang dari infeksi HIV. Ditambah lagi bahwa problem problem sosial yang dikaitkan dengan HAM bisa dibalikkan untuk menjadi gerakan sosial, untuk suatu perubahan. Ketimpangan gender juga bisa kembali ditegakkan dengan penyadaran konseling yang berprespektif gender pula.
Stigma dan diskriminasi yang mempengaruhi percepatan epidemi juga bissa diredam dan direduksi, sehingga mampu menciptakan optimisme dalam perjuangan stop epidemi.


Layanan VCT telah dikembangkan sejak tahun 2005. Seiring dengan itu banyak pula klien yang kemudian ditemukan terdiagnosa hiv positif. Beberapa temuan tersebut ada ditempat lembaga pemasyarakan, ada di kelompok kelompok marjinal, dan bahkan telah ada dari kelompok perempuan maupun anak anak. Menurut asal ataupun daerah tempat tinggal, tidak semua klienku adalah orang Jogja. Ada yang dari Jakarta, Surabaya, Semarang, Klaten, Kupang, Bali, Lumajang, Jepara, Wonogiri, Sragen atau bahkan ada juga Kalimatan dan Papua. Mereka ini membutuhkan layananan lanjutan yang biasa disebut dengan CST ( care support and treatment ). Akan tetapi hingga kini daftar dari layanan CST Nasional belumlah muncul. Beberapa waktu yang lalu aku mencari dengan browsing di internet, akan tetapi belum juga aku temukan. akhirnya aku meminta tolong melalui millist aidsina, untuk mendapatkan daftar tersebut. Awalnya muncul respon dari teman teman di MAP Aceh, akan tetapi daftar yang ada barulah sebatas wilayah Aceh saja. Lalu aku lanjutkan permintaan ini ke KPAN ( komisi penanggulangan aids nasional ) dan aku menadapatkan jawababan dari Bu Nafsiah moy selaku sekretaris jendral KPAN. jawabannya, Novan,

Baik, kami usahakan nanti di website aidsindonesia.
Terima kasih sarannya.
Ibu Naf

Jawaban diatas membuat aku lega, dan sedikit bisa berharap walupun harus menunggu untuk beberapa waktu lagi. Sedikit terbayang olehku, pertanyaan yang kemudian muncul mengganggu pikiranku adalah bagaimana mungkin Lembaga negara yang selevel Komisi Nasional belum mempunyai daftar yang berkaitan dengan layanan CST, yang jelas jelas merupakan komponen didalam penanggulangan epidemi ini. akan tetapi aku juga harus jujur
bahwa selama ini untuk menjawab problem kebutuhan klien dari berbagai luar propinsi seperti diatas, aku sendiri baru aktif mencarinya beberapa hari ini. Hal ini terjadi disaat kritikan halus yang dilontarkan padaku oleh salah satu sahabat, yang saat itu mendengar pembicaraanku melalui telpon dengan klien yang menanyakan salah satu layanan CST dan kelompok dukungan sebaya bagi orang terinfeksi hiv di Kalimantan.



saat itu aku hanya menjanjikan bahwa aku akan mencarikan informasinya dan mempersilakan klienku untuk mengakses website aidsindonesia. Disaat telpon ditutup sahabatku mengatakan, " Van, sebenarnya layanan VCT akan lebih hebat, jika kamu sudah tahu jawabannya berkaitan dengan alamat CST yang ada diseluruh Indonesia. sehingga jawabanmu akan melegakan klien yang memang membutuhkan informasi tersebut. Dengan kamu mengkontak relasi relasi ini maka jaringanmu akan memjadi luas dan kuat." Aku tidak bisa menjawab apa apa karena yang dikatakannya benar adanya.

sebuah pelajaran lagi, bahwa saat kita akan berjuang dan melakukan sesuatu maka kita semestinya mempunyai persiapan yang baik pula.


Jumat, Januari 02, 2009

Dendang lama untuk awal tahun baru

Malam pergantian tahun telah lewat. Tetapi entah kenapa aku tetap ingin menuliskannya dalam blog aku. Apakah aku memang terkesan akan malam tersebut. Tak terencana sebelumnya bahwa malam itu akan ku habiskan dengan berkeliling kota, tidak ada niatan sedikitpun. Aku cenderung malas.Mungkin karena aku telah lelah seharian bekerja.Saat itu aku dikejutkan panggilan telpon dari teman lamaku.
" Van gabung kita dunk, di tinong, kamu khan belum ada acara ?!" undang dia.
"Tinong " adalah cafe kecil dan sederhana di timur perempatan yang berseberangan dengan Galeria Mall.malam itu padat. banyak orang berjalan kaki dan lalu lalang. Kendaraan macet dan hanya pelan merambat.Polisi berjaga dan mengatur lalu lintas yang terkesan semrawut. Mereka tetap bertugas seakan tak peduli dengan meriahnya kilatan kembang api yang terus menerus berletupan ditas langit dengan semaraknya.
Dengan berjalan kaki aku tiba di sekelompok temanku yang telah dari tadi menunggu. Merekaberdelapan orang. salam salaman bak di sebuah masdjid masih menjadi tradisi. Tak lama berselang seorang pramusajidatang menghapiri kami, menawarkan menu. Kami menunggu minuman dan makanan yang telah kami pesan.Kemudian datanglah pesanan kami beberapa gelas minuman sebagai teman ngobrol. Akan tetapi pramusaji minta
maaf di karenakan makanan yang kami pesan ternyata telah habis, bahkan semua makanan. Akhirnya pesanan itu
kami batalkan.

Kira kira jam 01.00 pagi itu, kami melanjutkan kongko kami ke tempat lain, menyusur jalan malioboro yang padat dan macet total motor kami melaju menyelip diantara mobil mobil yang terjebak didalamnya. Kami bisa menembus alun alun selatan. Jalan
agak melenggang. kami pacu motor hingga sampai di alun alaun selatan. disanapun padat dengan orang yang kongko kongko diwarung warung tenda yang berdiri di seputar alun alun. Obrolan berlanjut dengan cekakkan yang heboh abis.Bukan itu saja datang pula kawan kami yang kebetulan lewat dan terus bergabung. Ada Rizqi dan Ardha ditambah dua orang teman dari semarang. wah jadi semakain seru. Apalagi cewek yang namanya Ucok, wah nyablak abis, cerewet dan manjanya wuaduhh.. bikin pusing. Kerjaaannya makan dan ngeles, hampir semua orang disitu doi less abis. Steve cowok doi cuma cengar cengir
ga tahu mo ngomong apaan.

Wueh di sela obrolan enteng enoh, salah seorang anak mendekatiku. dengan berbisik
dia bilang, " van bisa minta resep yang seperti dulu lagi?" .
lanjutnya," gejala yang waktu itu muncul lagi, ga tahu tuch kog kambuh lagi kambuh lagi, dah ketiga kalinya neh."
Gue, " gejala yang seperti dulu?"
Temanku, " iya, keluar nanah dan cairan kaya dulu cuman kali ini ga sebanyak dulu."
Temanku, " itu GO yah?



Aku hanya bisa menghela nafas karena ini, kasus yang ke 4 dalam seminggu ini. kasus GO yang menunjukan bahwa
teman temanku ini berada dalam situasi yang beresiko, apalagi kalau dihubungkan dengan epidemi HIV.
Gubrak!! konseling lagi, ditengah semaraknya nyanyian tahun baru yang berdendang.

Berlanjut, jam 04.00 kami meneruskan acara ngider ngider, tapi kali ini kami tinggal berempat saja.Pantai kali ini menjadi tujuan kami selanjutnya.Setiba dipantai Depok kami berempat hanya bengong memandang laut dengan pikiran yang bebas berkhayal hayal tanpa batasan. seorang sahabatku membuka obrolan dengan"uneg uneg " yang sedari tadi dia tahan. Dia sedikit menangis mengungkapkan perasaan kacau yang dipendamnya. Bagaimana dia sangat kehilangan adiknya yang kini telah pergi bersama suaminya setelah pernikahan dini kemarin. Adiknya hamil diluar nikah. Sahabatku kesal denga dirinya sendiri sebagai pribadi yang unik, dan terbatas dalam berteman. Kehalusan perasaannya
membuat dia sangat sensitif akan hal hal yang mungkin bisa membuat orang lain kecewa. Antara bingung dan kesal sangatlah sulit dibedakan.pandangannya yang jauh mengapai kedepan membungkus harapannya untuk terus maju. Keterbatasan dan keluarga menjadi beban pikulan dan mengekang impian impiannya. Kritikan dan masukan selalu dirasakan sebagai martil yang memekakkan. " aku bukan anti kritik, akan tetapi aku sangat sensitif. Aku kesal terhadap diriku sendiri akan tetapi kadang aku membayangkan diriku sangatlah kejam. Aku bingung " begitu luapan perasaanya padaku.Ku biarkan dia mengumpat, meluapkan segala kesalnya. Kubiarkan dia menangis jika bisa menangis. Dia merasa lebih ringan......




Pergantian waktu dan tahun baru kali ini memanglah sangat singkat. Tetapi justru waktu yang singkat itulah memberiku waktu untuk bisa lebih mengerti bahwa letupan kembang api, gebyar kilatan api teriakan terompet tahun baru bukannlah satu satunya semarak yang ternyanyikan mengawali tahun 2009. Akan tetapi suara suara hati, helaan nafas yang dalam juga merupakan semarak dan denyutan yang berdengung bersamaan awal tahun yang akan terus bergaung sampai waktu ini berhenti.