Subscribe

Sabtu, Oktober 04, 2008

Malapetaka karena ARV langka.


ARV atau anti retroviral adalah obat yang dipakai penderita HIV positif untuk tetap dalam kondisi sehat. Kemampuan obat iniadalah mampu menekan jumlah virus di dalam tubuh odha hingga undetectable.Dengan kondisi ini maka kualitas kesehatan odha akan tetap baik. Memang hingga kini, belum ditemukan obat yang mampu menghilangkan virus penyebab aids ini. Tetapi kehadiran ARV merupakan kemajuan tehnologi pengobatan HIV yang memberikan harapan bagi penderitanya.
Harga obat ini kurang lebih 750.000 rupiah hingga 2 juta perbulannya. Pemakaiannya pun seumur hidup dan tidak boleh dihentikan sama sekali. Resistensi salah satu faktor kenapa obat ini harus secara disiplin meminumnya, tak beda pada kasus diabetes kan..

Sementara ini menurut estimasi UNAIDS, angka penderita HIV di Indonesia sudah mencapai 193.000 orang. Bahkan 25% telah memasuki fase aids. Ironisnya infeksi yang dikenal masyarakat, hanya menginfeksi kelompok tertentu yang mendapat vonis moral, kini ternyata telah menjangkiti para ibu rumah tangga, perempuan dan anak anak.

Selama ini harga ARV yang begitu mahal, menjadikan beban yang sangat berat bagi odha, apalagi dengan kondisi ekonomi yang demikian timpang. Untuk itulah komitmen pihak penanggulangan epidemi ini, untuk memberikan subsidi bagi para penderita virus HIV. Bisa dibayangkan berapa rupiah dana yang harus dikucurkan untuk menjamin ketersediaan ARV ini. GF ( Global Found ) AIDS selama ini adalah donor asing yang membantu program dan ketersediaan obat sejak tahun 2005. Tercatat 80% total anggaran yang diperlukan nasional dalam penanggulangan epidemi , berasal dari lembaga donor ini. Tragis memang , hanya angka 20% ditanggung oleh negara melalui APBN, karena hal ini sungguh tidaklah proposional. Bantuan itu kini terancam terhenti.

Debat dan diskusi ramai dibincangkan di millis aids ina. ARV langka!!. Sejumlah reaksi bermunculan di millis. Sebagian odha menanggapinya dengan emosional,” mari kita bunuh diri rame rame, berhenti minum obat!!’.
Tuduhan ke para pejabat dan pengambil kebijakan ditudingkan. Bagaimana tidak , karena sebagian dari merekalah yang menikmati kucuran dana project atas nama HIV/AIDS, ungkap salah seorang odha.

” Hal ini bisa dipahami bersama, bahwa hidup dengan virus ini bukanlah hal yang mudah. Stigma dan diskriminasi yang masih kuat di tataran budaya kita, ditambah pola hidup yang ketat, biaya kesehatan yang tinggi serta kejenuhan minum obat menambah stressing tersendiri yang tidak mungkin hanya dipandang dengan sebelah mata. How to survive....

Sementara di Komisi Penanggulangan AIDS Nasional ( KPAN ), sedang kebingungan mencari dana pengganti akibat terhentinya dana Global Found ini. “ stock ARV nasional, hanya tinggal dua bulan,” tulis seorang pejabat yang berwenang.
Nafsiah mboi, sekretaris jendral KPAN juga mengeluhkan jajaran yang dipimpinnya, bahwa sering kali untuk koordinasi penting seperti ini didalam rapat hanya dihadiri oleh para perwakilan dari pengambil kebijakan. “ Ya, susah padahal notabene anggota KPAN semua kan menteri negara, bagaimana akan mengambil kebijakan jika yang datang saja hanya perwakilannya,” keluh beliau.

Tidak ada komentar: