Subscribe

Selasa, November 03, 2009

Akankah Surveilans HIV terpuruk sebagai tradisi

Surveilans sentinel 2008 telah meninggalkan sejarah baru. Sejarah dimana pelaksanan waktu itu diserahkan kepada lembaga Non pemerintah, berbeda dengan sebelumnya dilakukan oleh dinkes kota sebagai pengampu kebijakan yang ditunjuk dalam Pedoman surveilans sentinel depKes.

sebagai orang yang terlibat, saya merasakan betapa besarnya tanggung jawab itu. pengalaman serosurvei tahun tahun sebelumnya telah membekali saya untuk melakukan pekerjaan tersebut. Hingga kemudian semua pekerjaaan besar tersebut selesai.

Posisi saat itu, saya bukanlah sebagai koordinator. saya tetaplah relawan untuk kepentingan konseling 9 konselor vct ). Akan tetapi saya merasakan betapa besarnya porsi pekerjaan dan tanggung jawab yang harus saya jinjing mengingat pengalaman, protap dan skill semua ada padaku. catatan evaluasiku menuliskan, banyak konsep yang ku buat. Kan tetapi justru masukan dariku saat itu selalu saja di reject oleh forum, dengan alasan yang aku rasakan sebagai penolakan subyektif. Aneh, ini konspirasi...

Ada sebuah konspirasi agar aku tidak muncul, berada di garda depan, sekalipun aku tak mengharapkan posisi itu. saya hanya ingin diajak bicara, diskusi atau berbagi ide. Tapi memang hal tersebut sering kali disalah artikan menjadi ambisi oleh bebrpa orang yang tak suka dengan penilaian subyektifnya. walahh wwueek cuiih.. kesalku....

benar sekali dugaanku, kemudian prediksi tentang ketidak beresan didalam pelaksanaan satu persatu mulai bermunculan. Carut marut koordinasi mengkondisikan kerepotan yang amat sangat pada diriku. Tapi seakan ketija kuteriak tak ada peduli...kecewa memang.

tak ada sharing hasil dalam forum resmi, tak ada evaluasi, tak ada masukan untuk membuat sejarah dalam melangkah ke depan, semua adem adem saja, tak ada yang tergelitik. Yang kemudian membuat diriku diam dengan membungkus rasa kecewa yang dalam.
Jerih payahku hanyalah tergambar sebagai kerja kuli, tanpa meninggalkan perubahan yang lebih baik.

Setelah semua tadi berlalu, Bulan agustus saya mulai cuap cuap tentang surveilans rutin ini, kog belum dibahas?. jawaban yang kudapat sangatlah cetek dan tak menggambarkan keseriusan, karena hanya dijawab, iya ya mungkin belum , karena belum ada rasan rasan dinkes buat meeting, kata temenku, manager program. Huh, bukan itu yang ku maksud, tetapi desakan lembaga untuk mengingatkan dinkes melalui komikasi yang baik ttg surveilans ini. Karena saya yakin bahwa nantinya surveilans akan tetap dilakukan, dan ketidak beresan pasti akan diatas namakan "Waktu yang mepet ". dodol ga sech......

setelah beberapa bulan, terdengar desas desus, surveilans akan dilakukan lagi, undangan terkirim pada lembaga. Saat itu masih ingat di memoryku, bahwa kata pelda , ada undangan tersebut tapi kita tak akan mengirimkan satu orang pun , karena semua sibuk. "Tak pula mengirimkan diriku, karena dikhawatirkan bakal ribut karena kekritisannku" ujar pelda.

Kemudian beberapa hari yang lalu, pelda mendapat undangan buat meeting dengan dinkes terkait dengan pelaksanaan surveilans. Dua hari sebelum acara tersebut pelda meminta diriku membuatkan konsep surveilans 2008. Aku berpikir, "wuuehh kog aneh? " Bukankah koordinator saat itu di pegang olehnya, atau penggantinya adalah masrul or jacky? harusnya merekalah yang dimintain tolong untuk membuatnya, bukan diriku?"
tetapi dengan jiwa besar ku buat sebaik mungkin untuknya, dalam bentuk power point, aku serahkan, akan tetapi hasil itupun dia edit untuk tidak menampilkan foto foto kegiatannku pada vct mobile di gunung kidul, dimana sebenarnya aku pakai sebagai ilustrasi yang memudahkan pemahaman dari prentasi yang aku buat tersebut. 'Ono opo ini?" aku hanya berkata dalam hati.

Kini , sore ini tadi, aku mendapat telpon dari pelda yang meminta diriku untuk menyiapkan form form yang dibutuhkan, dan membicarakan tehnis pelaksanaan dengan usulan dari dinkes yang meminta Tim klinik akan bergerak dengan koordinasi dari masing masing layanan VCT.
lha piye? hal itu yang belum bisa kupahami dalam koordinasinya nanti, tapi okelah...
"Nanti kita lihat di dalam rapat persiapannya nanti," usulku mengendorkan pikir. Telpon ditutup.


Tidak ada komentar: